Senin, 28 Maret 2011

7 Hari Bertualang di Pulau tak berpenghuni Anano



Hari 1.
Perjalanan hari ini di mulau dari Pulau Tomia menuju Pulau Anano, perjalanan kali ini bersama-sama rekan-rekan 2 orang peneliti yaitu chanda dan dimas dan para pegawai SPTN 3 Taman Nasional Wakatobi yang terdiri dari kepala seksi yaitu ibu Siti, lalu TIM SPAGS yang terdiri dari Pak La Engka, Pak Jack, Pak Rino lalu TIM Monitoring Penyu terdiri dari Pa Udin saja beserta Kapten kapal dan ABKnya yaitu Pak Jaya (Kapten), Pa La Dewa dan Mas Sri (ABK).
Perjalanan hari ini harusnya dimulai jam 10 .00 WITA (jam 11 di Jakarta nih), tetapi menunggu cukup lama juga karena ada beberapa perlengkapan kapal yang belum tersedia (maklum untuk pengadaan barang di pulau ini butuh waktu lebih) ya berhubung budaya bangsa kita juga sudah merebak ke nih daerah jadi deh “Ngaret”. Sekitar Pukul 12.25 kita berangkat dari pulau Tomia menuju Pulau Runduma dulu (Izin kepala desa). Oh iya saya lupa, kalau ke pulau runduma ini kita dapat tempuh menggunakan kapal transport masyarakat dengan ongkos 50.000 dan waktu tempuh sekitar + 4 jam (kalau laut Teduh), tapi perjalanan kali ini saya tempuh + 1 jam saja, karena kami menggunakan speed Taman Nasional yang diberi Nama KOILA (artinya penyu sisik/ bahasa daerah) dengan kecepatan mesin 500 PK, bayangkan lah kecepatan ini kapal……
Selama 1 jam menanti dan menikmati hamparan lautan yang masih sangat terjaga, akhirnya sampailah kita di Pulau Runduma. Penduduk di sini tampaknya sangat antusias dengan kedatangan kita ke Pulau ini, kami yang belum bersandar dan kira-kira sekitar 300 meter dari pelabuhan sudah dapat melihat mereka yang berkumpul di dermaga milik Pulau Runduma, tapi ada yang kurang di sini, ada beberapa sebagian dari mereka sedang menggunkan baju partai (lagi pemilihan bupati di wakatobi) padahal pengen lihat kealamian masyarakat di sini. Ya singkat cerita di Pulau ini, teryata kepala desa tidak ada di tempat (di sini gak ada signal apapun, jadi gak bisa confrim) besok baru tiba dari wanci, ada ibu yang sering di panggil “bunda” nah ibu ini yang vocal menyambut kita di runduma, tetapi karean kepala desa tak ada kami tidak lama-lama bertamu karena sebelum kira-kira jam 4 kita sudah harus merapat ke Pulau anano, karena air laut segara akan surut (masyarakat sini menyebutnya “METI”) Wah bisa kacau kalu kita gak bisa merapat ke pulau nih….
Singkat cerita kita pergi dari runduma, eh teryata bunda beserta beberapa masyarakat kebetulan sedang mau ke pulau anano juga untuk kemping (ya walau gak ada tendanya), ya walau kita pisah saat berangkat dari pulau runduma karena kita mau SPAGS dulu (Monitoring Menyelam pemijahan ikan target di tempat berarus). Saat bapak2 TIM SPAGS menyelam saya dan chandara tak mau kehilangan kesempatan, kita snokling deh di tempat ini (kedalaman kira-kira 30 meter), tetapi snorkling kali ini sangat melelahkan buat saya dan chandar, karena belum apa-apa kita teryata melawan arus saat mau berenang ke arah kapal….Ya akhirnya kita disusul oleh Koila (karena bisa bahaya kalau kita kelelahan dalam air). Hampir 1 jam kita menemani bapak2 SPAGS lalu kita menuju Pulau Anano, wih hampir sudah hampir meti rupanya, kami pun legas menuju tepi pantai Pulau Anano. Dari kejahuan kami bisa melihat masyarakat yang sudah sampai di pulau tersebut, ada yang sedang masak, mancing, ngobrol-ngobrol, dll.Terumbu karang di Wakatobi memang sangat indah “makanya di beri nama surga bawah laut”.dari atas kapal dapat kita nikmati semua tanpa harus snorkling pun……wihhhhhh……………….
Sampai kita di Anano, ya unik juga saya dapat melihat pembuatan kasuami (penganti nasi yang terbuat dari ubi kayu yang di giling halus) dan menggunakan kayu bakar untuk memasaknya dan membakar ikan-ikan yang baru saja anak-anak kecil ini pancing di pinggir pantai. Sebenarnya kegiatan ini sangat seru dan berkesan buat saya, tetapi ini pulau anano yang memiliki potensi luar biasa yaitu tempat peneluran penyu(saat penyu melihat karamaian dan walaupun cahaya sedikit saya tidak akan jadi naik kedarat untuk bertelur),bayangkan jika ini akan terus belangsung lama di pulau ini, apa dampaknya untuk penyu ????? walaupun frekuensi kedatangan mereka sangat minim tiap bulannya.
Malam hari pun mulai menyambut kami di pulau yang tak bersinyal dan berlistrik ini, jutaan bintang bisa kita lihat dengan terheran-teran di sini dan bulan yang rasanya begitu dekat dengan kita (kalau di perhatikan kayak kuning telor,,,ahahahaha). Singkat cerita mereka mulai mengurangi aktivitas di darat supaya tidak menggangu penyu, tetapi ya namanya juga anak kecil tetap aja ramai….hahhahah
Jam 11 kami mulai menyisir pantai di sekitar pulau anano, belum ada seekorpun penyu yang kami temui. Kami putuskan menunggu sambil ada yang duduk2 dan tiduran di pasir dekat semak-semak(kita ngintip nih…..) hingga tengah malam menjadi dini hari pun belum ada yang kita lihat naik ke darat untuk bertelur…..sambil menunggu penyu kami bersama-sama pak udin mencari sarang telur penyu saja deh…..wih senangnya kita dapat melihat telurnya dan sarangnya secara langsung,,,pak udin ini dan kayak bapak tukik, walaupun tanpa melihat jejek yang detail tapi bapak bisa prekdiksi telur berada,,,wih keren deh….
Nantikan Cerita Hari Kedua Selanjutnya…..